ANALISIS HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR MODAL DENGAN NILAI PERUSAHAAN

PROFIL PERUSAHAAN

Perusahaan ini didirikan pada 6 April 1973 dan Perusahaan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya untuk 7.000.000 saham pada 6 Juni 1990.  Sesuai dengan resolusi Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham tanggal 8 Oktober 2004, Perusahaan telah disetujui untuk melaksanakan peningkatan modal disetor tanpa hak memesan Efek terlebih dahulu (HMETD) dengan Konversi Hutang Kreditur, untuk jumlah saham 176.571.000 nilai nominal Rp.500 per saham atau total jumlah Rp.88.285.500.000.

Akta penyelesaian pertemuan mengenai menerbitkan saham baru untuk 176.571.000 saham atau Rp.88.285.500.000 telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 5 November 2004. Per 31 Desember 2004 sebagian dari total saham Perusahaan yaitu: 523.000.000 saham (sebelum konversi saham tanpa pre-emptive right) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Sementara aplikasi untuk pendaftarannya 176.571.000 saham baru untuk berbagi sedang dalam proses di Bursa Efek Jakarta. Pabrik Perusahaan terletak di Bandung dan ruang lingkup usaha meliputi pengolahan bahan baku (polimerisasi), melilit, memintal, menenun industri tekstil serta perdagangan umum. Produksi komersial dari industri tekstil mulai pada tahun 1974 sementara unit pertama kegiatan polimerisasi dimulai pada tahun 1990 dan unit kedua pada tahun 1993.

Pada tanggal 31 Desember, 2004: kepemilikan saham di anak perusahaan, PT. PANASIA Filament Inti (Panafil) telah diencerkan dan menurun hingga 22, 85% karena konversi utang ke dalam ekuitas oleh salah seorang Kreditor dari Panafil sejak Oktober 8, 2004. Lingkup usaha anak perusahaan ini (Panafil) adalah di bidang industri tekstil (kain).

Pada tanggal 17 Juni 1997 Panafil menerima pemberitahuan mengenai Efektifitas Pernyataan Pendaftaran untuk penawaran umum 50 juta saham dan per 31 Desember 2004, Panafil saham yaitu: saham seri A untuk jumlah 250 juta saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya Stock Exchange. Sementara itu menerbitkan saham baru karena Ekuitas Debt Swap sana kemari untuk 625.357.000 saham seri B sedang dalam proses di Bursa Efek Jakarta. PT. PANASIA Filament Inti (Panafil)

LOKASI PABRIK PT. Panasia Indosyntec
Tanah dan bangunan polimer pertama, kedua pabrik polimer dan serat benang divisi, berlokasi di Jl. Moch. Toha Km. 6,8 Cisirung Bandung. Nilai buku bersih per 31 Desember 2004 benang dan serat divisi Rp.665.853 juta.

Tanah dan bangunan Panafil terdiri dari beberapa unit-unit operasional yaitu:

  • Weaving Unit I, yang terletak di Jl. Moch. Toha Km 6,8 Bandung
  • Weaving Unit II dan Finishing Unit Pengolahan berlokasi di Jl. Cisirung No.101 Bandung
  • Weaving Unit III adalah merepresentasikan sebuah pabrik tekstil ultra modern, berlokasi di Jl. Cisirung No.95 Bandung. Nilai buku bersih pada tanggal 31 Desember 2004 adalah Rp.423.580 juta

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR MODAL DENGAN NILAI PERUSAHAAN

  1. Perhitungan debt to equity ratio :

Rumus :

Debt to equity ratio =

Tahun 2004 :  Debt to equity ratio =  = 2.404

Tahun 2005 : Debt to equity ratio =  = 0.67

Tahun 2006 : Debt to equity ratio =     = 0.6889

Tahun 2007 : Debt to equity ratio =  = 0.34

Tahun 2008 : Debt to equity ratio =   = 0.4101

  1. Grafik
Date Close Return Debt to Equity Ratio
20081230 400 0 0,4101
20071228 400 0 0,34
20061228 400 0 0,6889
20051229 400 -0,2 0,67
20041230 500 -0,09091 2,404
20031230 550 0
  1. Analisis

Pada data keterkaitan antara hutang dan modal diatas, menunjukkan bahwa rasio hutang dari tahun 2004 ke tahun 2008 cenderung mengalami penurunan. Ini dapat dikatakan perusahan PT.Panasia Indosytec,tbk mengalami kondisi perusahaan yang buruk. Hal itu dapat terjadi karena kemampuan perusahaan untuk menanggung kewajiban-kewajibannya menurun, sehingga dana untuk menjalankan operasi perusahaan lebih banyak dibebankan kepada para investor..

Pada grafik diatas, terlihat adanya penurun debt to equity ratio yang diikuti dengan penurunan harga saham. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara rasio-rasio perusahaan dengan harga saham, dimana semakin tinggi rasio, menyebabkan investor tertarik untuk membeli saham. Pada PT. Panasia memiliki rasio yang rendah, sehingga menyebabkan investor yang tidak tertarik untuk menanamkan modal. Rasio yang rendah menunjukan perusahaannya tidak baik, sehingga para investor enggan menanggung risiko kerugian.

Berdasarkan data diatas tampak bahwa harga saham PT Panasia Indosyntec dari bulan februari sampai dengan bulan september tahun 2009 mengalami penurunan. Hal ini bermula dari penjualan perusahaan tahun 2008 turun Rp 93,8 miliar karena turunnya penjualan segmen polimer benang Rp 73,7 miliar dan turunnya penjualan kain khusus polyester Rp 20,1 miliar

Akibat tekanan harga jual dan menyusut permintaan pasar karena belum ada tanda – tanda recoveri krisis keuangan global.

Laba bruto tahun 2009 turun menjadi Rp 0,9 Miliar dibandingkan tahun 2008 karena negatifnya laba bruto segmen polimer benang setelah dioffset positifnya laba bruto kain khusus polyester.

Laba usaha tahun 2009 turun menjadi Rp 9,9 Miliar dibandingkan tahun 2008 karena laba bruto segmen polimer benang belum dapat mengkompensasi biaya operasional akibat tekanan harga jual dan tingginya harga baku benang.

Beban lain – lain negatif Rp 32,6 miliar karena adanya ruginya pendapatan operasional dan rugi kurs akibat lemahnya nilai rupiah terhadap US dollar.

Pada tahun 2008 penjualan bersih naik 34,2% dari tahun 2007 karena naiknya penjualan segmen benang polimer 10,6% dan tambahan penjualan kain khusus polyester 367,7% karena penjualan kain khusus polyester meliputi 12 (dua belas) bulan sedang tahun 2007 hanya (3) tiga bulan .

Laba bruto tahun 2008 turun daru tahun 2007 15,5% karena tekanan pasar dan turunnya harga jual benang sebagai akibat dampak negatif krisis

ANALISIS MANAJEMEN MODAL KERJA PERUSAHAAN

  1. Modal kerja perusahaan

Rumus :

Modal kerja bersih = aktiva lancar – hutang lancar

Tahun 2004 : Rp 357,507,067,877 – Rp 337,070,734,745 = Rp 20,436,333,132

Tahun 2005 : Rp 334,791,415,143 − Rp 333,482,407,919 = Rp 1,309,007,224

Tahun 2006 : Rp 345,978,631,335 – Rp 346,182,010,675 = Rp -203,379,340

Tahun 2007 : Rp 397,810,462,427 – Rp 352,108,080,312 = Rp 45,702,382,115

Tahun 2008 : Rp 420,113,552,161 – Rp 482,128,582,766 = Rp -62,015,030,605

  1. Cash Conversion Cycle (CCC)

Rumus :

CCC = DSO + DSI − DPO

Di mana :

DSO (days of sales outstanding) :  × 365

DSI ( days of sales inventory) :  × 365

DPO : days of payable outstanding :  × 365

Tahun 2004

  • DSO    =

= 80,841

  • DSI     =

= 51,672

  • DPO    = X 365=

=133,5140

  • CCC    = 80,841 + 51,672 – 133,514 = – 1,046

Tahun 2005

  • DSO    =  X 365

= 77,798

  • DSI     =

= 49,493

  • DPO    =

= 123,720

  • CCC    = 77,798 + 49,493 – 123,720

= 3,571

Tahun 2006

  • DSO    =

= 88,475

  • DSI =

= 49,985

  • DPO =

= 129,913

  • CCC = 88,475 + 49,985 – 129,913 = 8,547

Tahun 2007

  • DSO    =

= 60,976

  • DSI =

= 93,318

  • DPO =

= 125,044

  • CCC = 60,976 + 93,318 – 125,044 = 29,25

Tahun 2008

  • DSO    =

= 55,613

  • DSI =

= 65,015

  • DPO =

= 130,321

  • CCC = 55,613 + 65,015 – 130,321 = -9,693

ANALISIS TAHUN 2004 SAMPAI 2008

Pada PT.Panasia Indosytec,tbk ditahun 2004 dan 2008 memiliki CCC ( cash conversion cycle ) negatif. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mengalami kegagalan dalam memutarkan piutang dagang dan persediaan perusahaan. Karena adanya kegagalan ini, dapat menyebabkan perusahaan kehilangan laba bahkan mengalami kerugian.Pada tanda krisis ini, mengakibatkan perusahaan mengalami kekurangan kas dan termasuk penurunan kredit. Jadi, pada tahun 2004 dan 2008, memiliki hubungan yang terpengaruh positif-lemah dengan likuiditas dan ROE karena nilai CCC tidak mencapai 1.

Di tahun 2005,2006, dan 2007 menunjukkan adanya peningkatan pada CCC, hal ini juga mengakibatkan adanya peningkatan likuiditas dan ROE pada PT. Panasia Indosytec,tbk.

Pada tahun 2004 dan 2008 persentase menjadi negatife karena pada tahun tersebut.karena perusahaan tidak mampu mendapatkan laba bersih melainkan mengalami rugi, namun rasio probabilitasnya tinggi.

Pt. Panasia Indosytec, tbk. Secara garis besar memiliki rasio pertumbuhan yang negative atau mengalami penurunan rasio pertumbuhan. P.I memiliki nilai price to earning ratio tahun 2005 dan market to book value yang baik artinya perusahaan menciptakan nilai yang baik pada masyarakat atau pemegang saham.

Untuk P.I dilihat dari rasio laba operasi bersih terhadap penjualan dan total aktiva, perusahaan memiliki nilai rasio yang negative. Hal ini dikarenakan tiga tahun berturut-turut perusahaan mengalami kerugian operasi bersih yang disebabkan oleh penjualan yang diperoleh yang tidak seimbang dengan hpp dan beban usaha untuk memperbaiki situasi tersebut. Perusahaan hendaknya menekan perusahaan yang memiliki value added .

ANALISIS KONDISI KEUANGAN PT. PANASIA INDOSYNTEC.Tbk

ANALISIS KONDISI KEUANGAN

PT. PANASIA INDOSYNTEC.Tbk

Kelompok Divestasi

Nama anggota kelompok :

  • Nita Kartika
  • Kelvin                                       17395
  • Melly suryanti                           17413
  • Bhinna Ramaniya Lindungan      17414

Fakultas  Ekonomi  Universitas  Atma jaya Yogyakarta

2009

Profil Singkat PT. Panasia indosyntec.Tbk

Perusahaan ini didirikan pada 6 April 1973 dan Perusahaan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya untuk 7.000.000 saham pada 6 Juni 1990.

Pada 10 Desember 1992, perusahaan menerima pemberitahuan mengenai efektivitas dari Pernyataan Pendaftaran untuk 95.000.000 saham Right Issue kepada para pemegang saham dan saham tersebut tercatat di Bursa Efek Jakarta dan The Surabaya Pada tahun 1996 perusahaan ini dibuat stock split dan mengurangi nilai nominal saham menjadi Rp.500 per saham.

Sesuai dengan resolusi Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham tanggal 8 Oktober 2004, Perusahaan telah disetujui untuk melaksanakan peningkatan modal disetor tanpa hak memesan Efek terlebih dahulu (HMETD) dengan Konversi Hutang Kreditur, untuk jumlah saham 176.571.000 nilai nominal Rp.500 per saham atau total jumlah Rp.88.285.500.000.

Akta penyelesaian pertemuan mengenai menerbitkan saham baru untuk 176.571.000 saham atau Rp.88.285.500.000 telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 5 November 2004.

Per 31 Desember 2004 sebagian dari total saham Perusahaan yaitu: 523.000.000 saham (sebelum konversi saham tanpa pre-emptive right) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Sementara aplikasi untuk pendaftarannya 176.571.000 saham baru untuk berbagi sedang dalam proses di Bursa Efek Jakarta. Pabrik Perusahaan terletak di Bandung dan ruang lingkup usaha meliputi pengolahan bahan baku (polimerisasi), melilit, memintal, menenun industri tekstil serta perdagangan umum. Produksi komersial dari industri tekstil mulai pada tahun 1974 sementara unit pertama kegiatan polimerisasi dimulai pada tahun 1990 dan unit kedua pada tahun 1993.

Pada tanggal 31 Desember, 2004: kepemilikan saham di anak perusahaan, PT. PANASIA Filament Inti (Panafil) telah diencerkan dan menurun hingga 22, 85% karena konversi utang ke dalam ekuitas oleh salah seorang Kreditor dari Panafil sejak Oktober 8, 2004. Lingkup usaha anak perusahaan ini (Panafil) adalah di bidang industri tekstil (kain).

Pada tanggal 17 Juni 1997 Panafil menerima pemberitahuan mengenai Efektifitas Pernyataan Pendaftaran untuk penawaran umum 50 juta saham dan per 31 Desember 2004, Panafil saham yaitu: saham seri A untuk jumlah 250 juta saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya Stock Exchange. Sementara itu menerbitkan saham baru karena Ekuitas Debt Swap sana kemari untuk 625.357.000 saham seri B sedang dalam proses di Bursa Efek Jakarta. PT. PANASIA Filament Inti (Panafil)

LOKASI PABRIK

PT. Panasia Indosyntec
Tanah dan bangunan polimer pertama, kedua pabrik polimer dan serat benang divisi, berlokasi di Jl. Moch. Moch. Toha Km. Toha Km. 6,8 Cisirung Bandung . 6,8 Cisirung Bandung.
Nilai buku bersih per 31 Desember 2004 benang dan serat divisi Rp.665.853 juta.
Tanah dan bangunan Panafil terdiri dari beberapa unit-unit operasional yaitu:

  Weaving Unit I, yang terletak di Jl. Moch. Toha Km 6,8 Bandung

  Weaving Unit II dan Finishing Unit Pengolahan berlokasi di Jl. Cisirung No.101 Bandung

  Weaving Unit III adalah merepresentasikan sebuah pabrik tekstil ultra modern, berlokasi di Jl. Cisirung No.95 Bandung . Nilai buku bersih pada tanggal 31 Desember 2004 adalah Rp.423.580 juta

Anak Perusahaan

Perusahaan memiliki, baik langsung maupun tidak langsung, lebih dari 50% saham anak perusahaan berikut:

Anak perusahaan yang didivestasi pada tahun 2004 adalah sebagai berikut:

Pada tanggal 13 Februari 2004, Perusahaan menjual seluruh kepemilikan sahamnya di PIM, kepada Novatex International Limited (Novatex), Malaysia, dengan nilai divestasi sesuai dengan nilai ekuitas PIM pada tanggal 31 Desember 2003 berdasarkan laporan konsultan independen.

Penawaran Umum Efek Perusahaan dan Anak Perusahaan

Pada tanggal 22 Maret 1990, Perusahaan memperoleh persetujuan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan suratnya No. SI-091/SHM/MK.10/1990 untuk melakukan penawaran umum atas 7.000.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal            6 Juni 1990, saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Pada tanggal 10 Desember 1992, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan suratnya No. S-1949/PM/1992 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas sebesar 95.000.000 saham kepada para pemegang saham. Pada tanggal 6 April 1993, saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Pada tanggal 17 Juni 1997, PFI memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan suratnya No. S-1335/PM/1997 untuk melakukan penawaran umum atas 50.000.000 saham PFI kepada masyarakat. Pada tanggal 22 Juni 1997, seluruh saham PFI sejumlah 250.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Pada tanggal 31 Maret 2004, seluruh saham Perusahaan sejumlah 532.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Overview

Berdiri 06 Apr 1973
No. NPWP 01.104.760.2-054.000
Klasifikasi Tekstil dan Garmen
Status Company Listing

Listing Information

Harga Perdana Rp. 11,750
Modal Dasar Rp. 750,000,000,000
Modal Disetor Rp. 766,285,500,000

ANALISIS SAHAM PERUSAHAAN

A. GRAFIK PERGERAKAN HARGA SAHAM

B. ANALISIS SAHAM PERUSAHAAN

  • Pada grafik terlihat antara bulan Januari 2008 – Juli 2009 tidak mengalami kenaikan harga saham. Hal itu dapat dilihat dari volume transaksi saham HDTX. Pada bulan-bulan tersebut hanya sedikit terjadi transaksi yang ditunjukan dengan volume perdagangan paling tinggi 360 sehingga menyebabkan tidak ada kenaikan dan penurunan harga saham.
  • Pada bulan Agustus 2009, grafik menunjukkan kenaikan harga saham. Hal itu, dipengaruhi karena adaya tambahan permintaan serta penjualan produk dalam perusahaan naik.
  • Pada akhir Agustus 2009, harga saham HDTX mengalami penurunan yang drastis, harga saham semula 410 mengalami penurunan menjadi 310. Hal ini terjadi karena selama bulan Agustus tidak terjadi transaksi, Ini menyebabkan Pt. Panasia Indosyntec mengalami kerugian penjualan yang berpengaruh pada harga saham HDTX.

Berdasarkan data diatas tampak bahwa harga saham PT Panasia Indosyntec dari bulan februari sampai dengan bulan september tahun 2009 mengalami penurunan. Hal ini bermula dari penjualan perusahaan tahun 2008 turun Rp 93,8 miliar karena turunnya penjualan segmen polimer benang Rp 73,7 miliar dan turunnya penjualan kain khusus polyester Rp 20,1 miliar

Akibat tekanan harga jual dan menyusut permintaan pasar karena belum ada tanda – tanda recoveri krisis keuangan global.

Laba bruto tahun 2009 turun menjadi Rp 0,9 Miliar dibandingkan tahun 2008 karena negatifnya laba bruto segmen polimer benang setelah dioffset positifnya laba bruto kain khusus polyester.

Laba usaha tahun 2009 turun menjadi Rp 9,9 Miliar dibandingkan tahun 2008 karena laba bruto segmen polimer benang belum dapat mengkompensasi biaya operasional akibat tekanan harga jual dan tingginya harga baku benang.

Beban lain – lain negatif Rp 32,6 miliar karena adanya ruginya pendapatan operasional dan rugi kurs akibat lemahnya nilai rupiah terhadap US dollar.

Pada tahun 2008 penjualan bersih naik 34,2% dari tahun 2007 karena naiknya penjualan segmen benang polimer 10,6% dan tambahan penjualan kain khusus polyester 367,7% karena penjualan kain khusus polyester meliputi 12 (dua belas) bulan sedang tahun 2007 hanya (3) tiga bulan .

Laba bruto tahun 2008 turun daru tahun 2007 15,5% karena tekanan pasar dan turunnya harga jual benang sebagai akibat dampak negatif krisis

Startegi usaha

Dalam menghadapi krisis keuangan global maka Perseroan secara konsisten tetap berusaha melakukan efisiensi operasional pabrik dalam proses pengelolaan sistem produksi maupun pemakaian bahan tidak langsung.

Disamping itu biaya utilitas tetap diusahakan agar dapat dimonitor hingga biaya pemakaian “fuel cost” dapat dihemat baik dengan investasi “Oil Burner” maupun penggunaan batu bara utnuk PLTU hingga secara keseluruhan biaya produksi dapat ditekan untuk meningkatkan margin usaha dan kualitas produksi tetap terjaga malahan lebih ditingkatkan hingga permintaan pasar dapat terus dipertahankan baik lokal maupun ekspor.

Disamping itu usaha peningkatan pendapatan ekspor produk benang dan produk kain polyester khusus tetap terus dikembangkan dan tanda – tanda nilai recoveri diharapkan dalam bulan Juni 2009 karena pendapatan US dollar dapat mengurangi efek negatif selisih kurs akibat melemahnya kurs rupiah terhadap US$. Dengan demikian diharapkan realisasi tambahan pendapatan tahun 2009, dapat mengimbangi kenaikan harga bahan baku benang dan dapat mengatasi tekanan margin usaha akibat gejolak tren inflasi.

C. PERHITUNGAN
nilai tertinggi open 410
high 410
low 410
close 410
change 10
ratio 24,39
volume 360
value 72000
nilai terendah open 0
high 0
low 0
close 235
change -100
ratio 0
volume 0
value 0
rerata open 389,4785
high 389,4785
low 389,4785
close 390,0113
change -0,37415
ratio 0,115828
volume 2,390023
value 472,102
standar deviasi open 41,65006
high 41,65006
low 41,65006
close 37,99895
change 5,966434
ratio 1,637877
volume 21,33845
value 4264,761

KESIMPULAN

Melihat dari data diatas PT Panasia Indosyntec Tbk merupakan perusahaan yang kurang diminati oleh para investor hal ini dapat ditunjukkan oleh grafik pergerakan saham yang kurang baik (mengalami kenaikan yang sedikit namun mengalami penurunan yang cukup signifikan).

KESIMPULAN

  • Likuiditas perusahaan sebagimana diukur dengan rasio lancar dan rasio cepat relatife menurun dari waktu ke waktu. Karena ada penurunan dari rasio-rasio tersebut pada tahun 2004-2008 namun dilihat dari rasio lancar terjadi kenaikan pada tahun 2007, dan dilihat dari rasio cepat terjadi kenaikan pada tahun 2006.
  • Perputaran piutang relative stabil namu sedikit menurun pada tahun 2006. sedangkan perpuratan persediaan membaik pada tahun 2004-2006
  • ROI menunjukan ketidak stabilan selama 5 tahun, penurunan terjadi pada tahun 2005 dan mengalami kenaikan pada tahun 2006-2008
  • Penggunaan hutang PT. Panasia Indosyntec Tbk. mulai dikurangi selama 4 tahun terakhir. Rasio laba terhadap beban bunga terjadi kenaikan pada tahun 2006.
  • Tingkat pengembalian terhadap ekuitas tidak stabil. Pada tahun 2007 merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 82,2%

Masalah Divestasi

Sulitnya negara (baca: pemerintah) untuk melakukan proses paksa divestasi kepemilikan saham perusahaan pertambangan, merupakan sebuah potret dari pengkhianatan amanat konstitusi negeri ini. divestasi KPC dan beragam perusahaan tambang lainnya, cenderung dibiarkan oleh perusahaan hingga kemudian bertarung di ranah pengadilan arbitrase internasional. padahal, divestasi merupakan sebuah keharusan.

Kelemahan pemerintah dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum, menjadi celah bagi perusahaan pertambangan untuk berkelit. dan kecenderungan ini yang kemudian dimanfaatkan untuk memberi ruang korupsi dan kolusi. kompensasi dipandang sebagai jalan tengah, agar divestasi tak jadi dilakukan.

Divestasi tak semata berbincang tentang uang yang akan mengalir dari kepemilikan saham. namun juga, kebijakan perusahaan tak bisa lagi lepas dari kendali negara, dalam hal ini diwakilkan kepada aparat pelayan publik (pemerintah). ini ketakutan utama dari perusahaan-perusahaan tambang. saat negara memegang kontrol, maka aliran hilangnya aset-aset kekayaan alam negeri ini akan semakin terlihat.

pilihan sederhana bagi pemerintah provinsi ataupun kabupaten yang wilayahnya terdapat perusahaan pertambangan, adalah untuk segera memeriksa kontrak karya yang ditandatangani oleh pemerintah pusat. bila tidak memberikan, maka sebagai pemegang hak wilayah, berhak untuk menghentikan operasional perusahaan. selanjutnya, lakukan pengelolaan yang lebih berkeadilan bagi daerah. jangan selalu dininabobokan di hotel berbintang ataupun sekedar berjalan-jalan dan belanja di luar negeri.

DivestaSi

Pengertian Divestasi adalah pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang, divestasi dapat pula disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki oleh perusahaan.Divestasi merupakan kebalikan dari investasi pada aset yang baru.

Dalam proses divestasi, beberapa perusahaan telah menggunakan media teknologi pada beberapa divisi. Hal ini digunakan oleh suatu perusahaan agar perusahaan lain bisa mendapatkan informasi tentang divisi yang akan dijual oleh perusahaan tersebut dengan mudah. Melalui media ini, perusahaan dapat menghemat biaya.

Perusahaan memiliki beberapa motif untuk divestasi.

  • Pertama, sebuah perusahaan akan melakukan divestasi (menjual) bisnis yang bukan merupakan bagian dari bidang operasional utamanya sehingga perusahaan tersebut dapat berfokus pada area bisnis terbaik yang dapat dilakukannya. Sebagai contoh, Eastman Kodak, Ford Motor Company, dan banyak perusahaan lainnya telah menjual beragam bisnis yang tidak berelasi dengan bisnis utamanya.
  • Motif kedua untuk divestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Divestasi menghasilkan keuntungan yang lebih baik bagi perusahaan karena divestasi merupakan usaha untuk menjual bisnis agar dapat memperoleh uang. Sebagai contoh, CSX Corporation melakukan divestasi untuk berfokus pada bisnis utamanya yaitu pembangunan rel kereta api serta bertujuan untuk memperoleh keuntungan sehingga dapat membayar hutangnya pada saat ini.
  • Motif ketiga bagi divestasi adalah terkadang dipercayai bahwa nilai perusahaan yang telah melakukan divestasi (menjual bisnis tertentu mereka) lebih tinggi daripada nilai perusahaan sebelum melakukan divestasi. Dengan kata lain, jumlah nilai aset likuidasi pribadi perusahaan melebihi nilai pasar bila dibandingkan dengan perusahaan pada saat sebelum melakukan divestasi. Hal ini memperkuat keinginan perusahaan untuk menjual apa yang seharusnya bernilai berharga daripada terlikuidasi pada saat sebelum divestasi.

Ada beberapa alasan kenapa kami memilih divestasi diantaranya karena kami tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan saham , dengan memlilih nama ini kami berharap dapat menambah pengetahuan lebih dalam mengenai divestasiyang didapat dari hasil penelusuran kami didunia saham. Serta kumpulan berbagai informasi yang kami dapat dari setiap anggota yang tau tentang divestasi . Divestasi juga mudah dipahami oleh kami karena mencakup dalam bidang kami yaitu ekonomi dimana kelak akan kami temui dalam pembelajaran berikutnya . Kami harap blog divestasi ini dapat menambah wawasan bagi pembaca .

Kasus yang terjadi pada proses divestasi

kasus yang terjadi pada proses divestasi

nilai divestasi saham Newmont Nusa Tenggara dinilai oleh pemerintah terlalu tinggi. Pemerintah memerlukan melakukan perhitungan sendiri. Pemerintah juga akan melakukan negosiasi harga dengan manajemen NTT.